Sinopsis Episode 30 40 Terakhir dong yi the jewel

Sinopsis Episode 30 40 Terakhir dong yi the jewel


Sinopsis Dong Yi Episode 3
"Ayah! Kakak!" teriak Dong Yi, menangis.
"Jangan kemari." bisik Hyo Won.
"Dong Yi, jangan kemari." bisik Dong Ju, menggeleng, memberi isyarat pada adiknya agar tidak mendekat.
Perantau yang dulu pernah bertemu Dong Yi, Kim Hwan, menutup mulut Dong Yi. "Kau hanya akan membahayakan dirimu sendiri jika mengikuti mereka."
Dong Yi menangis.
Yong Gi merasa sangat marah melihat jenazah ayahnya. Ia datang ke pengadilan untuk menemui Choi Hyo Won, tapi Oh Yoon melarangnya.
"Kau sedang berada dalam investigasi karena dicurigai bekerja sama dengan Ketua Persaudaraan Pedang." ujar Oh Yoon.
"Apa maksudmu?" kata seorang polisi membela Yong Gi. "Kepala Polisi baru saja kehilangan ayahnya karena Persaudaraan Pedang!"
"Bawa Kepala Polisi keluar!" perintah Oh Yoon pada anak buahnya.
"Mundur!" seru Yong Gi. "Jika ini memang prosedurnya, aku bersedia diinvestigasi."
Kim Hwan memerintahkan muridnya untuk bersembunyi di tempat Dong Yi bersembunyi agar bisa memberitahu Chun Soo bahwa Kim Hwan membawa Dong Yi.
"Kau pasti tidak tahu bahwa ayah dan kakakmu adalah anggota Persaudaraan Pedang." ujar Kim Hwan iba.
"Tidak mungkin." tangis Dong Yi. "Ayah adalah pengautopsi jenazah sedangkan kakak adalah pemusik kerajaan."
"Dong Yi!" pangil Chun Soo, berlari-lari datang.
Sambil menangis, Dong Yi bercerita bahwa kakak dan ayahnya ditangkap. "Itu tidak benar, bukan? Mereka semua salah bukan?"
"Dong Yi, dengarkan kata-kata Kakak baik-baik." ujar Chun Soo pelan. "Kau harus tenang agar bisa mendengar semuanya, mengerti?"
Rencana Oh Yoon dan Oh Tae Sun berjalan dengan lancar. Kini tinggal mencari Dong Yi.
Chu Soo menceritakan bahwa ia, Hyo Won dan Dong Ju adalah anggota Persaudaraan Pedang.
"Jadi kalian membunuh para bangsawan?" tanya Dong Yi.
"Tidak." jawab Chun Soo cepat. "Itu tuduhan palsu. Persaudaraan Pedang bertugas untuk membebaskan pada budak. Seseorang membunuh para bangsawan dan melemparkan kesalahan pada kami!" Chun So menggenggam tangan Dong Yi. "Karena itulah kau harus kuat, Dong Yi. Akan ada banyak kesulitan kedepannya."
Murid Kim Hwan berlari-lari dan melaporkan bahwa para prajurit sedang menuju tempat itu. Kim Hwan bergegas menyuruh Dong Yi dan Chun Soo pergi.
"Dong Yi, jaga dirimu." ujar Kim Hwan menenangkan. "Semuanya akan berjalan dengan baik, jangan khawatir."
Setelah Dong Yi dan Chun Soo pergi, Kim Hwan mengatakan bahwa apa yang ia ucapkan bohong. Akan ada lebih banyak darah yang tertumpah. Penderitaan Dong Yi baru akan di mulai.
"Jika dia berhasil mempertahankan hidupnya dari takdir jurang yang terjal dan tujuh kematian, ia akan mencapai puncak tertinggi." kata Kim Hwan. "Pemimpin sesungguhnya dari rakyat rendah bukanlah ayah anak itu. Tapi anak itu sendiri."
Di tempat lain, Yong Gi tidak mau berkata apa-apa ketika di investigasi. Sebelum bertemu dengan Hyo Won, ia tidak akan pernah buka mulut.
Dong Yi dan Chun Soo bermalam di sebuah gua. Dong Yi menangis, sangat mencemaskan kakak dan ayahnya. Chun Soo menenangkannya dengan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
Tiba-tiba beberapa orang datang ke gua itu. Chun Soo dan Dong Yi bersembunyi, namun rupanya yang datang adalah anggota Persaudaraan Pedang.
"Dong Tae! Kodal! Kalian semua hidup!" seru Chun Soo lega.
"Chun Soo, dimana Dong Yi?" tanya ayah Gaeduara.
"Paman!" Dong Yi keluar dari persembunyiannya. "Dimana Gaeduara?"
"Jangan khawatir, ia ada bersama yang lain." kata ayah Gaeduara. "Terima kasih karena telah selamat. Aku tidak tahu bagaimana aku akan bertemu dengan ayahmu jika terjadi sesuatu padamu."Ayah Gaeduara menangis dan memeluk Dong Yi penuh keharuan.
Para anggota Persaudaraan Pedang yang tersisa merencanakan strategi penyerangan ke Pengadilan.
"Eksekusi dilarang dilakukan pada awal bulan." kata Chun Soo. "Kita masih punya waktu dua minggu lagi."
"Sudah tidak ada waktu lagi." terdengar suara seorang pria dari belakang mereka, Jang, si pengkhianat.
"Periksa sekitar!" perintah Chun Soo pada anggota yang lain.
"Jangan khawatir. Aku tidak memberitahu mereka mengenai tempat ini." kata Jang.
"Bagaimana bisa kau mengkhianati Ketua dan menjual saudara-saudaramu?!" teriak ayah Gaeduara. "Kau pikir kami akan membiarkanmu hidup?!"
"Karena itulah aku datang untuk mati." ujar Jang. "Aku bahkan tidak pantas bunuh diri. Aku datang agar bisa mati di tangan kalian. Aku tidak punya pilihan. Mereka... mereka menculik keluargaku... anak-anakku..."
"Diam! Itulah alasanmu?!" teriak ayah Gaeduara. "Baik! Aku akan membunuhmu!" Ia menarik pedangnya untuk membunuh Jang, tapi Chun Soo melarangnya.
"Apa maksudmu kita tidak punya waktu lagi?" tanya Chun Soo pada Jang.
"Eksekusi akan dilakukan besok." ujar Jang. "Saudara-saudara kita dan Ketua akan dipenggal besok."
Yong Gi sangat mempercayai Hyo Won. Seorang polisi menyerahkan sebuah buku yang ia temukan di markas persembunyian. Buku tersebut tertuliskan segala aktivitas yang dilakukan Yong Gi. Yong Gi sangat terpukul.
Chun Soo dan para anggota Persaudaraan Pedang menyiapkan segala sesuatu untuk misi penyelamatan mereka. Tapi mereka perlu bubuk mesiu lebih banyak.
"Kita bisa berpura-pura membeli kembang api untuk tahun baru." kata seorang anggota menyarankan.
"Mereka akan curiga jika orang rendah seperti kita membeli kembang api." kata anggota yang lain.
"Aku akan melakukannya, Paman." Dong Yi tiba-tiba datang dan menawarkan diri. "Aku akan pergi denganmu. Aku memakai pakaian sutera. Mereka akan berpikir bahwa kau adalah pelayanku."
"Itu terlalu berbahaya, Dong Yi." tolak ayah Gaeduara.
"Itu memang sulit bagi kalian, tapi aku bisa melakukannya!" bujuk Dong Yi. "Mereka tidak akan tahu!"
"Dong Yi!"
"Tolonglah, Paman." Dong Yi membujuk dengan mata berkaca-kaca. "Ayah dan kakakku sedang dikurung dalam penjara. Biarkan aku melakukan sesuatu untuk mereka."
Akhirnya Yong Gi bisa bertemu dan bicara dengan Hyo Won.
"Aku takut bahwa suatu saat nanti kita akan bertemu dalam keadaan seperti ini." ujar Hyo Won sedih. "Aku takut akan menyakitimu. Rasa takutku benar-benar tidak tertahankan. Aku berdoa.. agar kau tidak akan pernah tersakiti karena aku."
"Itu mungkin untukmu." kata Yong Gi. "Karena kau tidak pernah mempercayaiku. Karena kau tidak pernah menjadi temanku." Yong Gi mengeluarkan sebuah buku yang berisi laporan aktivitasnya. "Setelah aku mengetahui bahwa kau adalah Ketua! Setelah aku melihat mayat ayahku! Aku masih yakin bahwa aku harus bicara denganmu dulu. Tapi sekarang... Aku tidak percaya lagi padamu."
Yong Gi memerintahkan polisi di luar untuk membawa Hyo Won kembali ke penjara.
"Apakah benar... kau yang membunuh ayahku?" tanya Yong Gi sebelum Hyo Won dibawa pergi.
Hyo Won terdiam sesaat, dan tanpa menjawab, berjalan pergi. Dengan membuat Yong Gi menganggap Hyo Won-lah yang membunuh ayahnya, Hyo Won percaya bahwa itu akan membuat Yong Gi bisa sedikit menahan rasa sakitnya. Karena Hyo Won besok akan mati.
Malam itu, Chun Soo menyusup ke dalam penjara pengadilan dab berhasil menemui Dong Ju.
"Kali akan menyerang besok." kata Chun Soo.
"Tidak, jangan." larang Dong Ju. "Ini perintah Ketua. Ia tahu kau akan datang dan ia memintaku menyampaikan pesan ini padamu."
Chun Soo merasa sangat terpukul.
"Tetaplah hidup." ujar Dong Ju. "Itulah perintah terakhir yang diberikan Ketua padamu. Inilah, yang kami semua ingin kau lakukan. Tetaplah hidup, Chun Soo. Walaupun kami mati, Persaudaraan Pedang akan tetap hidup dalam dirimu. Dan Dong Yi... jaga adikku, Dong Yi. Chun Soo! Apapun yang terjadi, tolong lindungi dia."
Chun Soo menangis.
Dong Yi dan ayah Gaeduara membeli kembang api di pasar. Penjual kembang api melihat Dong Yi dengan heran. Sepertinya ia pernah melihat Dong Yi sebelumnya.
Dong Yi keluar sementara Ayah Gaeduara dan anggota yang lainnya mencari-cari bubuk mesiu.
Di luar, Dong Yi bersembunyi dan tidak sengaja melihat seorang wanita berhadapan dengan seorang pria. Wanita itu menggunakan bahasa isyarat yang dulu dipakai Jenderal yang terbunuh untuk memberitahukan sesuatu pada Dong Yi.
Wanita itu pergi. Ia menjatuhkan sebuah perhiasan kupu-kupu. Dong Yi mengambil perhiasan itu dan mencari-cari si wanita.
"Kau mencariku?" tanya wanita itu, berjalan mendekati Dong Yi.
"Kau menjatuhkan ini." ujar Dong Yi seraya memberikan perhiasan tersebut.
"Terima kasih. Ini sangat berharga untukku." ujar si wanita.
"Nona!" panggil beberapa polisi.
Dong Yi terkejut dan ketakutan. Melihat itu, wanita tersebut menutupi Dong Yi agar tidak terlihat. "Tunggu sebentar." katanya pada para polisi. Ia berpaling lagi pada Dong Yi. "Cepatlah pergi. Mereka akan mengenalimu. Kau adalah anak yang dicari-cari oleh polisi, bukan? Orang-orang akan mengenalimu walau kau memakai pakaian itu. Berhati-hatilah."
Dengan sedih dan sangat terpaksa, Chun Soo menyampaikan perintah Hyo Won pada teman-temannya. Mereka semua sedih dan menangis, tapi tidak bisa berbuat-apa.
"Kita akan terus hidup sebagai seorang pengecut." kata Chun Soo. "Tapi, jangan sampai kita melupakan kejadian hari ini. Kita harus menemukan orang yang telah membunuh saudara-saudara kita dan membuat mereka membayar semua yang telah mereka lakukan. Karena itulah kita harus hidup. Ini adalah tugas kalian."
Para naggota Persaudaraan Pedang menangis.
Keesokkan harinya, Chun Soo dan Dong Yi pergi ke dermaga. Mereka mengenakan pakaian biasa. Chun Soo meminta Dong yi pergi bersama Jang.
"Aku akan menyusulmu." ujar Chun Soo menenangkan. "Aku akan membawa ayahmu dan Dong Ju." Ia mengeluarkan ikat kepala dengan lambang Persaudaraan Pedang. "Dong Yi, kau lihat lambang ini? Jangan pernah melupakan lambang ini. Jika kau memakai simbol ini, aku akan menemukanmu. Mengerti?"
"Kapan kau akan menemuiku?" tanya Dong Yi. "Tiga hari? Atau empat hari?"
"Mungkin lebih lama dari itu." jawab Chun Soo sedih.
Dong Yi sedih, tapi berusaha menghibur diri. "Tidak apa-apa walaupun lama. Tapi berjanjilah kau akan datang."
Chun Soo dan Dong Yi saling melingkarkan jari kelingking mereka, tanda perjanjian bahwa Chun Soo akan datang pada Dong Yi.
Chun Soo, seorang diri menyerang arak-arakan yang membawa Hyo Won dan Dong Ju.
"Bawa Ketua ke Desa Jin!" ujar Chun Soo pada Dong Ju. "Disana ada kuda yang untuk kalian!"
Chun Soo membebaskan semua teman-temannya. Para polisi dan pengawal berdatangan. Kemudian, para anggota Persaudaraan Pedang yang lainnya muncul dan menyerang mereka.
Rupanya Chun Soo dan yang lainnya memutuskan tidak mematuhi perintah Hyo Won untuk mencampakkannya.

Di kapal, Dong Yi mendengar dua orang pria membicarakan mengenai Persaudaraan Pedang yang gagal di penggal dan melarikan diri ke lembah Byurang.

Dong Yi bergegas menuju kesana.
Chun Soo, Hyo Won dan yang lainnya mencoba melarikan diri. Tapi di tengah hutan mereka dikepung oleh para polisi. Terjadi pertarungan sengit.
Hyo Won terluka oleh para polisi.
Mendadak pasukan pemanah datang. Mereka menembakkan anak panah dan membunuh para anggota yang melarikan diri. Dong Ju terkena panah di dadanya. Satu panah, dua panah, tiga panah. Dong Ju terjatuh ke belahan bukit.
Chun Soo mencoba memapah Hyo Won pergi, namun para pemanah menembakkan anak panah dan berhasil mengenai punggung Hyo Won.
"Ketua!" seru Chun Soo, membawa Hyo Won bersembunyi dibalik semak. "Aku tidak mematuhi perintah terakhirmu."
"Aku senang bisa lari bersamamu..." ujar Hyo Won, sekarat. "Kita akan bertemu lagi di dunia yang lebih baik." Hyo Won tewas.
Chun Soo menangis. Ia merasa sangat marah dan berdiri menghadapi banyak prajurit. Dengan sekuat tenaga, ia bertarung melawan mereka hingga akhirnya Chun Soo ditusuk dan terjatuh ke jurang.
Sesampai di lembah, Dong Yi hanya bisa menemukan mayat-mayat pada prajurit. Di sisi jurang, ia menemukan dompet yang pernah ia berikan pada ayahnya. Di tengah hujan yang sangat deras, Dong Yi mencari-cari ayahnya, tapi tidak menemukannya. Dong Yi menangis.
"Ayah! Kakak!" panggilnya. "Tidak... Tidak... Kau sudah berjanji, Kak Chun Soo! Kau sudah berjanji akan membawa Ayah dan kakak..."
Karena Kim Hwan mempunyai kemampuan meramal yang sangat hebat, Oh Tae Sun memanggilnya untuk datang ke rumah.
"Aku ingin kau melihat masa depan seseorang." kata Tae Sun. Ia memanggil seseorang untuk masuk.
Seorang wanita cantik masuk ke dalam ruangan. Ia adalah Jang Ok Jung, yang nantinya akan menjadi Lady Jang Hee Bin. Wanita itu adalah wanita yang ditemui Dong Yi tadi malam di pasar.
Kim Hwan memandang Ok Jung lekat-lekat.
"Aku ingin mengangkatnya sebagai selir kerajaan." kata Tae Sun, ketika Ok Jung sudah pergi lagi.
"Selir kerajaan?" tanya Kim Hwan. "Itu tidak mungkin. Dia tidak seharusnya berada dalam status itu. Aku bisa melihat kebijaksanaan, kekayaan dan kekuasaan di wajahnya. Ia diberkati oleh langit. Jika dia masuk ke istana, dia pasti akan menduduki posisi tertinggi."
"Apa? Posisi tertinggi?" tanya Tae Sun. "Itu artinya.."
Kim Hwan keluar untuk meminta Ok Jung masuk kembali ke dalam ruangan.
"Aku tidak memberitahu Tuan Besar, tapi masih ada satu orang lagi." kata Kim Hwan. "Sama sepertimu, ia juga bercahaya dan diberkati. Kau akan berusaha meraih takdirmu, tapi jika bisa, jangan dilakukan." Kim Hwan menoleh menatap Ok Jung. "Kau memiliki segalanya, tapi ia tidak memiliki apapun."
"Maksudmu, wanita yang lain itu akan menjadi bayanganku?" tanya Ok Jung.
"Tidak." jawab Kim Hwan. "Kaulah yang akan menjadi bayangannya. Jika ia hidup, kau tidak akan bisa mengalahkan cahayanya. Jika bisa, gunakan semua kekuatanmu agar tidak sampai berhadapan dengannya."
Dong Yi berjalan sendirian, kembali ke rumahnya yang hancur dan berantakan.
Dong Yi membayangkan rumahnya penuh dengan bunga. Ayah dan Kakaknya sedang duduk menunggunya. Tapi semua itu hanya khayalan dan harapan kosongnya.
Dong Yoi masuk ke dalam rumah.
"Aku sangat takut dan kedinginan." gumamnya. "Ajak aku juga. Aku ingin pergi dengan kalian. Aku ingin ikut ke tempat Kakak dan Ayah. Aku ingin ikut ke tempat Kak Chun Soo."
Dong Yi tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi ayahnya datang.
"Dong Yi, maafkan aku." ujar Hyo Won. "Maafkan aku karena meninggalkanmu sendirian di dunia ini. Angin dingin akan datang mencelakaimu, tapi hatimu yang hangat akan melindungimu. Bangunlah, Dong Yi. Kau harus bangun dan tetap hidup."
Dong Yi terbangun. "Ayah..."
Downloadnya Disini

0 komentar:

Posting Komentar